
Adab Terhadap Karib Kerabat
Allah Ta’ala berfirman,
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. (QS. Al-Israa ayat 26)
Allah Ta’ala juga berfirman,
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.(QS. Muhammad ayat 22-23)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa senang jika dilapangkan pintu rizki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahim.”(HR. Al Bukhari, no 2067, Muslim no 2557)
Di antara adab terhadap karib kerabat adalah menyayangi dan berbuat baik kepada mereka. Bergaul dengan mereka dengan cara yang baik meskipun mereka non muslim, bersemangat agar mereka mendapatkan hidayah, menyambung silaturrahmi dengan mereka, membantu kesusahan mereka, memberikan wasiat kepada mereka jika mereka bukan termasuk ahli warits, memberikan hadiah kepada mereka jika mereka merupakan orang-orang kaya, dan memberikan shadaqah jika mereka orang-orang miskin, menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran, mengunjungi mereka jika mereka sehat dan menjenguk mereka jika mereka sakit.
Di antara contoh kebaikan dan silaturrahmi adalah sebagaiamana yang dilakukan oleh Nabiyullah Musa alayhis salam kepada saudaranya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30) اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31) وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي (32) كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا (33) وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا (34) إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا (35)
Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. yaitu Harun, saudaraku,teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau,dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami."(QS. Thaha ayat 29 – 35)
Demikian juga kebaikan Nabiyullah Yusuf alayhis salam kepada saudaranya, ketika ia berkata,
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَذَا فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku."(QS. Yusuf ayat 93)
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud[763]kepada Yusuf(QS. Yusuf ayat 100)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ
Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat)[626]di dalam kitab Allah. (QS. Al Anfaal ayat 75)
Karena itu janganlah kita mengutamakan satu kerabat di atas kerabat yang lain, kecuali yang memang telah Allah Ta’ala utamakan kedudukannya. Jangan menahan hak dari salah seorang di antara mereka. Jangan mengutamakan anak dari salah seorang kerabat dibandingkan dengan anak kerabat yang lain. Hendaknya engkau berlaku adil atas mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu). (QS. Al An’aam ayat 152)
Juga firman-Nya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. (QS. An Nisaa ayat 135)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya" (Riwayat Bukhari6138dan Muslim48)
Jika mereka melakukan keburukan kepadamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan keburukan pula.
Pernah datang seorang lelaki kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, lalu ia berkata, “Ya Rasūlullāh, sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku menyambung silaturahmi kepada mereka namun mereka memutuskan silaturahmi kepadaku. Aku berbuat baik kepada mereka namun mereka berbuat buruk kepadaku. Aku santun kepadamereka, sementara mereka berbuat kejahilan kepadaku,
Maka kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ ، وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Kalau memang engkau benar sebagaimana yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau memasukkan debu yang panas di mulut-mulut mereka. Dan senantiasa ada penolong dari Allāh bersamamu diatas mereka selama engkau dalam kondisi demikian.” (HR Muslim No. 2558)
Selesai diterjemahkan pada hari Kamis, 23 Jumadal Ula 1439 H / 08 Februari 2018
di sekretariat Masjid Jenderal Sudirman WTC Jakarta.